Rabu, 23 September 2015

Menggila Batu Akik



Menggila Batu Akik
Oleh Daru Lelana

            Dalam masyarakat yang multikultural, stratifikasi sosial umumnya sangat terlihat dengan jelas. Stratifikasi sosial ini meliputi hal-hal yang diklasifikasikan secara vertikal dalam setiap lapisan yang ada dalam masyarakat (Soerjono Soekanto, 1982). Ini meliputi tingkat pendidikan, harta kekayaan, kekuasaan, hak-hak istimewa, dan sebagainya. Setiap individu dalam masyarakat cenderung memiliki atau berada dalam tingkat stratifikasi yang berbeda-beda tergantung latar belakang tingkat pembedanya. Misalnya seseorang yang menamatkan pendidikan sarjana dengan seseorang yang hanya menamatkan pendidikan dasar akan memiliki atau berada dalam hierarki sosial yang berbeda. Sarjana akan dianggap lebih tinggi kedudukannya secara sosial dibanding dengan tamatan sekolah dasar.
            Namun nampaknya kecenderungan semacam itu tidak selamanya terjadi secara kaku. Khusus di Indonesia stratifikasi bisa berjalan dengan luwes. Ada suatu faktor tertentu yang menjadi pelebur diantara pembeda tingkat sosial. Sehingga tingkat sosial tidak dapat dilihat secara sekilas. Namun tersembunyi ole materi yang menjadi faktor pelebur hierarki sosial tersebut. Materi-materi ini sekaligus juga menjadi fenomena sosial yang unik, merekatkan yang jauh serta mengukuhkan yang dekat.
Fenomena Sosial Batu Akik
            Salah satu hal yang menjadi pelebur bagi perbedaan sistem sosial yang kini sedang marak terjadi adalah “demam” batu akik. Fenomena yang terjadi semenjak akhir tahun 2014 lalu, hingga saat ini masih ramai diperbincangkan. Meskipun beberapa ahli marketing memberikan komentar miring terhadap fenomena ini sebagai salah satu trik yang kerap disebut monkey market, namun juga banyak yang memandang fenomena ini sebagai fenomena di mana batas-batas dalam stratifikasi sosial meluruh secara tidak permanen.
            Dapat dilihat dari kenyataan di masyarakat, bilamana banyak orang bergerombol di tempat penjualan batu akik untuk sekedar melihat-lihat maupun transaksi jual-beli, di situ batas-batas sosial telah luruh. Orang kaya tidak sungkan lagi untuk sekedar berbincang dengan orang yang berstrata di bawahnya, mengenai hobi barunya yaitu batu akik. Jika dalam stratifikasi sosial yang kaku, masyarakat yang berstratifikasi sosial tinggi menutup diri dari masyarakat yang berstratifikasi sosial rendah, maka ketika stratifikasi sosialnya “meluwes”, ciri-ciri tersebut akan terbantahkan secara tidak langsung. Fenomena semacam ini sangat langka dan perlu dikaji secara mendalam kaitannya dengan interaksi yang terjadi antar strata.(DL)


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar